Kamis, 20 Juni 2013

Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Based Learning Pada Materi Segiempat untuk SMP Kelas VII

A.    Judul Penelitian
Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Based Learning Pada Materi Segiempat untuk SMP Kelas VII

B.     Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Belajar merupakan proses yang terjadi pada semua manusia dan berlangsung seumur hidup. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajarnya jika adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang tersebut. Berubahan yang dimaksud meliputi, pengetahuan(kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan            ( psikomotor).(Archdiat,1996:12). Dalam pembelajaran seseorang butuh juga pendidikan, karena pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Salah satu yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Tetapi pada kenyataan sekarang ini mutu pendidikan belum menunjukkan suatu peningkatan itu disebabkan karena dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk berfikir secara kreatif.
Banyak kritik yang ditujukan pada para guru dalam proses pengajaran yang menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep saja. Penumpukan pada peserta didik ada kalanya bermanfaat namun juga adakalanya tidak bermanfaat kalau hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subyek didik melalui satu arah (Rampengan 1993:1). Suatu konsep merupakan hal yang penting, namun tidak harus mengetahui juga bagaimana konsep itu bisa terapkan dan benar-benar dipahami oleh peserta didik. Pemaahaman konsep sangat penting bagi siswa karena bisa mempengaruhi sikap, keputusan dan cara-cara pemecahan masalah.
Matematika mempunyai ciri yang sangat menonjol yaitu konsep – konsep yang saling terkait artinya untuk dapat menguasai suatu konsep baru atau tertentu, siswa harus sudah memahami konsep-konsep lain yang terkait langsung atau tidak langsung dengan konsep yang sedang dipelajarinya. Tapi kita sering menjumpai tentang keluhan siswa mengenai pelajaran matematika. Para siswa selalu beranggapan bahwa matematika itu sulit dan menakutkan. Selain dari siswanya sendiri, guru dalam penyampaian materi kurang bisa  dipahami oleh siswanya. Kebanyakan guru menggunakan metode ceramah tanpa memperdulikan sejauh mana siswa itu memahami materi yang disampaikan. Guru hanya mengejar materi, agar materi cepat tuntas ketika menjelang Ujian Akhir Sekolah. Padahal matematika merupakan pengetahuan dasar yang sangat diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang ke tingkat pendidikan selanjutnya.
Pembelajaran dengan sistem modul yang disertai metode PBL (Problem Based Learning) memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih mengeksplorasikan berdasarkan kemampuannya sehingga tercipta belajar lebih mandiri dan hal ini akan mengubah orientasi belajar yang semula berpusat pada guru, kemudian berubah menjadi berpusat pada kegiatan siswa sendiri. Dari beberapa uraian tersebut penulis akan mengembangkan metode pembelajaran menggunakan modul yang akan diuraikan dalam  judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Based Learning Pada Materi Segiempat untuk SMP Kelas VII “.
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan diatas didapatkan rumusan masalah yaitu :” Bagaimana proses dan hasil pengembangan modul pembelajaran matematika dengan pendekatan Problem Based Learning pada materi persegi panjang dan persegi untuk SMP kelas VII ?”
D.    Tujuan Pengembangan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan pembelajarannya adalah :” Modul pembelajaran matematika dengan pendekatan Problem Based Learning pada materi persegi panjang dan persegi untuk SMP kelas VII “.
E.     Pentingnya Pengembangan
Dengan adanya pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan modul bertujuan untuk menunjang keefektifitasan pencapaian kompetensi siswa, selain itu kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan praktik belajar mengajar dapat dilakukan dimanasaja dan kapan saja. Sehingga proses pengembangam modul perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis.
F.     Asumsi dan Keterbatasan
Asumsi pengembangan bahan ajar ini adalah bahwa pengembangan bahan ajar yang disusun dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) akan menghasilkan produk yang berkualitas jika dibandingkan dengan bahan ajar lainnya
Pengembangan bahan ajar ini terbatas pada pengembangan modul Matematika dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL)  pada materi persegi panjang dan persegi untuk siswa kelas VII SMP.
G.    Spesifikasi Produk Pengembangan
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah berupa modul matematika SMP pokok bahasan Persegi Panjang dan Persegi yang berorientasi pada Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Modul yang telah dikembangkan terdiri dari rangkuman, daftar istilah utama, soal-soal evaluasi dan daftar pustaka.
H.    Definisi Operasional
Pada bagian ini dikemukakan definisi yang umum digunakan dalam pengembangan produk yang diinginkan, baik dari sisi model dan prosedur yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ataupun dari sisi prodduk yang dihasilkan. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat hal-hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut.
1.      Pengembangan adalah suatu proses, cara pembuatan. Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Arifin, Med beranggapan bahwa pengembangan bila dikaitkan dengan pendidikan berarti suatu proses perubahan secara bertahap kearah tingkat yang berkecenderungan lebih tinggi dan meluas secara menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan atau kematangan.
2.      Modul adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari siswa secara mandiri dalam waktu tertentu. Modul yang dikembangkan bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan lebih mengaktifkan siswa dalam belajarnya.
3.      Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran dimana dalam penyampaian materi, siswa dihadapkan pada suatu masalah kehidupan yang berhubungan dengan meteri yang sedang dipelajarinya sehingga melalui model pembelajaran ini siswa terdorong untuk berfikir kritis dan terampil dalam mencari suatu pemecahan masalah melalui tahapan-tahapan diantaranya:
1)      Memahami masalah yang sedang dihadapinya
2)      Pengumpulan informasi untuk menyelesaikan masalah
3)      Menentukan dan melaksanakan alternatif penyelesaian dalam sebuah laporan
4)      Mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
4.      Pesgesi Panjang dan Persegi adalah pokok bahasan dalam pelajaran matematika yang dipelajari di SMP kelas VII semester genap dimana materi yang dipelajari meliputi keliling dan luas persegi panjang, keliling dan luas persegi.
I.       Kajian pustaka
1.      Modul
1.1  Pengertian Modul
Modul adalah bahan belajar mandiri maksudnya belajar tanpa berhubungan langsung dengan pengajar. Suatu anggapan dasar yang melatar belakangi sistem modul ini adalah belajar merupakan suatu proses yang harus dilakukan sendiri oleh siswa untuk menguasai suatu ketrampilan atau memperoleh pengetahuan. Siswa bukanlah makhluk penerima secara pasif namun siswa harus menjadi penerima yang aktif. Sehingga siswa dituntut untuk lebih kritis menerima materi baik dari yang disampaikan pengajar langsung maupun dari pemahaman belajarnya sendiri.
            Purwanto (2007:9) menyatakan bahwa modul adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan  dikemas dalam satuam pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari siswa secara mandiri dalam waktu tertentu. Dilihat dari segi pelaksanaanya sistem modul menitikberatkan pada aktifitas siswa dan kreatifitasnya dalam proses belajar mengajar. Namun demikian modul tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi guru, melainkan untuk membuat guru sebagai fasilitator dalam proses pengajaran.             Berdasarkan definisi yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa modul adalan media pembelajaran sistematis dan terarah yang terdiri dari konsep materi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan suatu cara pengorganisasian materi pembelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Modul yang dikembangkan bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam belajar, baik secara mandiri maupun dengan pengajaran guru, sehingga siswa tidak terkesan pasif dalam proses pembelajaran.
1.2  Karakteristik Modul
Menurut Ditjen PMPTK (2008:3), modul dapat dikatakan baik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut :
a.       Self Instructional
Melalui penggunaan modul, siswa mampu belajar secara mandiri dan tidak selalu tergantung pada guru maupun pihak lainnya. Untuk memenuhi karakter Self Instructional  maka dalam modul harus memenuhi kriteria (1) memuat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, (2) memuat materi pembelajaran yang  dikemas kedalam unit-unit kecil sehingga memudahkan belajar secara tuntas, (3) memuat contoh dan ilustri yang mendukung kejelasan pemaparan meteri pembelajaran, (4) memuat latihan soal dan tugas yang memungkinkan siswa memberikan respon dan dapat mengukur tingkat penguasaannya, (5) memuat permasalahan kontekstual, (6) menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, (7) memuat rangkuman materi pembelajaran, (8) memuat instrumen penilaian yang memungkinkan penggunaan melakukan Self assessment , (9) memuat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunaannya mengetahui tingkat penguasaan materi, (10) menyediakan informasi tentang rujukan atau referensi yang mendukung materi pembelajaran dan modul.
b.      Self Contained
Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam suatu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalahmemberi kesempatan sisiwa untuk belajar secara tuntas dan modul bisa memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematis.
c.       Stand Alone
Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakanbersama-sama dengan media pembelajaran lain. Jika modul tersebut masih berhubungan atau masih membutuhkan media lain, maka tidak bisa dikatakan modul tersebut berdiri sendiri.
d.      Adaftive
Modul dapat menyusun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan, ini merupakan suatu modul yang dikatakan Adaftive.  Selain itu modul yang adaptive adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
e.       User Friendly
Modul harus memiliki sifat bersahabat dengan pemiliknya. Dengan kata lain modul harus mudah dipahami sehingga memudahkan siswa untuk memahami dari isi modul yang sudah disediakan, sehingga tidak hanya sebagai buku pegangan saja namun juga sebagai pegangan dan buku pelajaran yang harus dipelajari.
1.3  Struktur  Modul
Struktur modul menurut Surahman (2010:2) modul dapat disusun dalam struktur sebagai berikut:
1.      Judul Modul
Pada bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu mata pelajaran/kuliah tertentu
2.      Petunjuk umum
Begian ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam perkuliahan meliputi :
a.       Kompetensi dasar
b.      Pokok bahasan
c.       Indikator pencapaian
d.      Referensi (diisi petunjuk dosen tentang buku-buku referensi yang dipergunakan)
e.       Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah yang dipergunakan dalam proses pembelajaran)
f.       Lembar kegiatan pembelajarn
g.      Petunjuk bagi mahasiswa untuk memahami langkah-langkah dan materi perkuliahan
h.      Evaluasi
3.      Materi modul
Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang materi yang diajarkan pada setiap pertemuan
4.      Evaluasi semester
Evaluasi ini terditi atas evaluasi tengah semester dan akhir semester dengan tujuan untuk mengukur konpetensi mahasiswa sesuai meteri kuliah yang diberikan.
1.4.  Kelebihan dan Kekurangan Modul
Setiap proses pembelajaran selalu ada yang namanya kelebihan dan kekurangan, berikut ini akan diuraikan tentang kelebihan dan kekurangan proses penggunaan modul dalm proses pembelajaran.
1.4.1        Kelebihan proses pembelaran dengan menggunakan modul
1)      Siswa dapat belajar secara aktif tanpa harus tergantung dengan guru.
2)      Perbedaan kecepatan pemahaman siswa mudah dilihat dengan cepat, sehingga memudahkan guru untuk melihat kemampuan siswa dan  ada persaingan sehat antar siswa
3)      Terdapat kejelasan tujuan yang harus dicapai para siswa untuk setiap bahan pelajaran terkecil
4)      Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
5)      Memberikan siswa kesempatan membuat rangkuman sendiri untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi yang telah dibacanya.
6)      Siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan kemampuannya.
7)      Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa dapat mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.
1.4.2        Kekurangan proses pembelajaran dengan menggunakan modul
1)      Waktu dan kondisi belajar yang tersedia kurang memadai maka penguasaan suatu kompetensi mungkin tidak akan tercapai secara tuntas.
2)      Kesuksesan siswa menggunakan modul tidak akan tercapai bila modul yang dihasilkan tidak berkualitas, pada kenyataannya modul yang berkualitas tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
2.      Problem Based Learning (PBL)
Matematika adalah suatu ilmu abstrak yang membutuhkan pemahaman konsep yang baik dan perlu penerapan dengan dunia nyata untuk lebih memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Siswa tidak hanya menerima informasi secara pasif, melainkan dia harus berusaha aktif untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya tentang matematika. Dengan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, diharapkan pemahaman konsep matematika akan lebih tertanam dibenak siswa.
PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari mata pelajaran (Nurhadi, 2004:56). Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.
 Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran. Jika dilihat dari aspek psikologi belajar, Problem Based Learning berdasar pasa psikologi kognitif yang berasas dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman dan bukan semata-mata menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sehingga melalui proses pembelajaran ini siswa dapat berkembang, yang artinya perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
Pengembangan model PBL diantaranya didasari oleh :
a.       Prinsip Enquiry Learning yang memandang belajar adalah upaya untuk menemukan sendiri pengetahuan.
b.      Teori-teori psikologi belajar dan pembelajaran medern yang menjelaskan bahwa pengetahuan akan lebih diingat dan dikemukakan kembali secara lebih efektif jika belajar dan pembelajaran didasarkan pada konteks manfaatnya dimasa depan
Hasil dari penerapan metode PBL ini siswa lebih termotivasi untuk belajar. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa motivasi merupakan kekuatan besar dan syarat mutlak terciptanya kegiatan belajar dan pembelajaran dalam diri siswa.
Menurut Trianto (2007:71) Problem Based Learning terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja. Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada tabel.
Tahapan
Aktifitas Guru
Tahap 1:
Mengorientasikan siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktifitas pemecahan masalah yang dipilih

Tahap 2:
Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Tahap 3:
Membantu penyelidikan individu maupun kelompok
Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan  dan pemecahan
Tahap 4:
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, vidio dan model serat membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap 5:
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dari proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya pemecahan masalah


Pada pengembangan modul berbasis masalah yang digunakan untuk melengkapi proses pembelajaran, siswa diberi suatu sajian masalah konkrit, pembahasan masalah diawali dengan penyebab sumber masalah utama kemudian kemungkinan pennyelesaian masalah dan siswa diminta mencari alternatif pemecahan masalah. Dalam hal ini pemilihan masalah disesuaikan dengan kondisi belajar yang tepat sehingga menyebabkan siswa antusias dan mempunyai prespektif yang luas tentang pemecahan masalah.
2.1  Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan metode pembelajaran PBL
2.2.1 Kelebihan
1)      Mengajak siswa berfikir secara rasional
2)      Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi pelajaran
3)      Dapat merangsang siswa untuk berfikir dan menghubungkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat
4)      Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan siswa
2.2.2 Kelemahan:
1)      Waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) cukup lama.
2)      Kemungkinan timbul penyimpangan dari pokok persoalan, karena permasalahan diberikan diawal pelajaran sehingga siswa belum paham dengan materi pelajaran.
3.      Pengembangan Modul
Pengembangan modul adalah  penyusunan bahan ajar berupa modul melalui kegiatan yang terstruktur berdasarkan langkah penyusunan modul. Pengembangan modul dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan suatu bahan ajar yang bisa menciptakan proses pembelajaran yang terpusat pada siswa, kemudian siswa dapat melakuakn kegiatan belajar mandiri baik melalui bimbingan guru atau tanpa bimbingan guru.
Pengembangan modul dengan pendekatan problem based learning pada materi persegi panjang dan persegi adalah proses penyusunan Modul yang berisi ringkasan materi, soal-soal pada materi persegi panjang dan persegi sesuai dengan pendekatan problem based learning.
4.      Tinjauan Tentang Sifat-Sifat Persegi Panjang dan Persegi
Persegi panjang dan persegi merupakan salah salah satu dari segi empat. Segi empat merupakan bentuk geometri yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Persegi panjang dan persegi merupakan bagian dari segiempat yang menjadi salah satu materi kelas VII SMP. Berdasarkan kurikulum yang di gunakan sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa siswa kelas VII SMP harus bisa menguasai Standart Kompetensi (SK) tentang segiempat yaitu memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Pada modul yang akan dikembangkan mengkaji tentang sifat-sifat persegi panjang dan persegi kemudian membuat definisi. Siswa juga diharapkan dapat mencari persamaan dan perbedaan persegi panjang dan persegi sehingga dapat menjelaskan hubungan antar bangun-bangun tersebut.
4.1  Persegi Panjang
Persegi panjang adlah bangun segiempat yang memiliki dua panjang sisi yang sejajar dan keempat sudut siku-siku (Sukino,dkk,2004:317). Persegi panjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1.      Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
2.      Keempat sudut persegi panjang sama panjang dan siku-siku (900)
3.      Keduaa diagonal persegi panjang sama panjang dan saling membagi dua sama panjang.
Berikut ini merupakan gambar dari Persegi Panjang:
l
p
 




Keliling suatu bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi-sisinya. Rumus keliling persegi panjang adalah :
K = p + l + p + l atau K = 2p + 2l
 



Luas persegi panjang adalah luas yang dibatasi oleh sisi-sisinya. Sehingga dapat diketahui rumus luas persegi panjang sebagai berikut :
L = p x l
 


3.2  Persegi
Persegi adalah persegi panjang dengan sisi-sisi yang berdekatan kongkruen (Sukino,dkk,2004:317). Persegi memiliki sifa-sifat sebagai berikut :
1.      Semua sisi persegi sama panjang
2.      Keempat sudutnya merupakan sudut siku-siku
3.      Diagonal-diagonalnya sama panjang dan berpotongan saling tegak lurus
4.      Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama besar
5.      Diagonal-diagonalnya membagi sudut menjadi dua sama besar.

Berikut adalah gambar persegi :
s
s
 



Rumus keliling persegi adalah : K = 4s
Rumus luas persegi adalah : L = s x s
J.      Metode Pengembangan
1.      Model Pengembangan
Sesuai yang telah diuraikan diatas, pengembangan ini adalah untuk mengembangkan dan menghasilkan modul pembelajaran dengan pendekatan problem based learning pada materi persegi panjang dan persegi SMP kelas VII. Untuk mengembangkan dan menghasilkan modul pembelajaran dengan pendekatan problem based learning, maka model pengembangan yang digunakan adalah model Smith dan Ragan.
Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan (2003) mengemukakan sebuah model desain sistem pembelajaran yang populer dikalangan mahasiswa dan profesional yang memiliki kecenderungan terhadap implementasi teori belajar kognitif. Hampir semua langkah dan prosedur dalam desain sistem pembelajaran ini difokuskan pada rancangan tentang strategi pembelajaran. Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Smith dan Ragan terdiri atas beberapa langkah dan prosedur pokok sebaagai berikut.
1.      Analisis lingkungan belajar
Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan kebutuhan akan adanya proses pembelajaran dan lingkungan tempat program pembelajaran akan diimplementasikan. Kegiatan ini digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran.
2.      Analisis karakteristik siswa
Analisis karakteristik siswa meliputi aktifitas atau prosedur untuk menentukan karakteristik siswa yang akan menempuh program pembelajaran yang didesain. Karakteristik siswa yang akan menempuh program pembelajaran meliputi kondisi sosial ekonomi, penguasaan isi atau meteri pelajaran, dan gaya belajar.
3.      Analisis tugas pembelajaran
Analisis tugas perlu dilakukan untuk menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran spesifik yang perlu dimiliki oleh pembelajar untuk mencapai tingkat kompetensi dalam melakukan pekerjaan. Tujuan pembelajaran spesifikasi biasanya disusun secara berjenjang atau hierarkis.
4.      Menulis butir tes.
Menulis butir tes dilakukan untuk menilai apakah program pembelajaran yang dirancang dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi atau tujua pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir-butir tes yang ditulis harus bersifat valid dan reliabel agar dapat mengukur pemahaman atau kemampuan siswa.
5.      Menentukan strategi pembelajaran.
Menentukan strategi pembelajarn dilakukan untuk mengelola program pembelajaran yang didesain agar dapat membantu siswa dalam melakukan proses pembelajaran yang bermakna dan untuk membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
6.      Memproduksi program pembelajaran
Program pembelajaran merupakan output dari desain sistem pembelajaran yang mencangkup deskripsi tentang kompetensi atau tujuan, metode, media, strategi dan isi atau meteri pembelajran, serta evaluasi hasil belajar.
7.      Melakukan evaluasi formatif
Melakukan evaluasi formatif untuk menemukan kelemahan-kelemahan dari draf bahan ajar yang telah dibuat untuk segera direvisi agar menjadi program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
8.      Merevisi program pembelajaran.
Merevisis program pembelajaran dilakukan terhadap kelemahan-kelemahan yang masih terlihat pada rancangan atau draf program pembelajaran. Dengan melakukan revisi diharapkan dapat menjadi program pembelajaran yang berkualitas, yaitu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Model desain sistem pembelajaran yang dikemukan oleh Smith dan Ragan mencerminkan adanya keyakinan bahwa penerapan solusi untuk memecahkan masalah pembelajaran secara sistematis akan menghasilkan program pembelajaran yang efektif dan efisien, karena model pembelajaran ini berpusat pada siswa dan guru hanya menjadi seorang fasilitator dalam belajar (learner centered instruction). Langkah-langkah model Smith dan Ragan juga dituangkan dalam suatu gambar alur dari awal hingga akhir.



ANALISIS
·         Lingkungan belajar
·         Siswa
·         Tugas belajar
Pemilihan & produk bahan ajar
Penulisan Butir Tes
EVALUASI FORMATIF
STARTEGI
·         Penyusunan
·         Penyampaian
·         pengelolaan
REVISI
 















Gambar 2.1 Model Smith dan Ragan
2.      Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan yang dimaksud dalam pengembangan ini disesuaikan dengan prosedur penyusunan modul dan prosedur pengembangan desain system pembelajaran oleh Smith dan Ragan. Struktur modul menurut Surahman (2010:2)  langkah-langkah penyusunan modul adalah melakukan analisis kurikulum, menentukan judul modul, merumuskan KD, indikator, strategi pembelajaran, menyusun materi, memperhatikan struktur bahan ajar, evaluasi semester. Langkah-langkah pengembangan modul dalam pengembangan ini adalah sebagai berikut:

Evaaluasi Produk
Revisi
Analisis:
·         Kurikulum
·         Lingkungan belajar
·         Karakteristik siswa

Penulisan:
·         Menyusun KD dan Indikator
·         Menentukan strategi pembelajaran
·         Menentukan judul-judul modul
·         Menulis modul
Strategi:
·         Penyusunan modul
·         Penyampaian modul
·         Pengelolaan Modul
Produksi modul
Produk Jadi
iya
tidak
Gambar : Prosedur Pengembangan Modul

 


















a.       Analisis
a)      Melakukan Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan modul pada mata pelajaran matematika SMP yang meliputi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengenali materi Persegi Panjang dan Persegi yang diajarkan siswa kelas VII semester II.
Tabel Analisis Kurikulum
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.       Memahami konsep segiempat dansegitiga serta menentukan ukurannya
1.1    Menjelaskan sifat-sifat segiempat berdasarkan sisi dan sudutnya
1.2    Menurunkan rumus keliling persegi panjang dan persegi
1.3    Menurunkan rumus luas persegi panjang dan persegi
1.4    Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas persegi panjang dan persegi


b)      Analisis lingkungan belajar
Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan kebutuhan akan adanya proses pembelajaran dan lingkungan tempat pembelajaran.
c)      Analisis karakteristik siswa
Analisis karakteristik siswa meliputi aktifitas atau prosedur untuk menentukan karakteristik siswa yang akan menempuh program pembelajaran yang didesain. Karakteristik siswa yang akan menempuh program pembelajaran meliputi kondisi sosial ekonomi, penguasaan isi atau meteri pelajaran, dan gaya belajar.
b.      Penulisan
a)      Menentukan Judul-judul Modul
Judul Modul ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul Modul apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar.
b)      Penulisan Modul
Untuk menulis Modul  langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagaiberikut:
1.      Merumuskan kompetensi dasar
Materi segiempat diajarkan pada siswa SMP kelas VII semester II. Dengan standar kompetensi memahami konsep Persegi Panjang dan Persegi serta menentukan ukurannya, dan kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun Persegi Panjang dan Persegi serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
2.      Menyusun materi
Materi modul harus sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi dalam Modul terbagi dalam sub materi pengertian persegi panjang, keliling dan luas persegi panjang, pengertian pesrsegi dan keliling dan luas persegi. Penyusunan soal disesuaikan dengan latar belakang dikembangkannya modul dengan pendekatan problem based learning maka harus disesuaikan dengan karakteristik soal-soal problem based learning
c.       Strategi
a).  Strategi penyusunan modul
Susunan modul dalam pengembangan ini mengikuti susunan materi berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).  
b).  Strategi penyampaian modul
Modul yang dikembangkan pada pengembangan ini akan disampaikan kepada siswa SMP kelas VII  untuk meningkatkan keaktifan mereka dalam pembelajaran. Penyampaian modul ini disesuaikan dengan kondisi siswa  setelah diadakan identifikasi pada karakteristik siswa.
d.      Produksi modul
e.       Evaluasi Produk
Evaluasi Produk bertujuan untuk menilai valid atau tidaknya  modul yang telah dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran disekolah dan apakan meteri serta soal-soal yang ada merupakan soal problem based learning atau bukan. Hasil penilaian yang dilakukan oleh para ahli akan dijadikan pedoman untuk merevisi modul tersebut. Validasi bertujuan untuk mengumpulkan atau mendapatkan data yang relevan, menetapkan tingkat keefisienan dan daya tarik produk yang dihasilkan yaitu berupa modul pembelajaran.
f.       Revisi
Dari penyajian validasi pengembang dapat menindak lanjuti apakah modul yang dikembangkan perlu direvisi atau tidak. Jika semua penilaian modul tersebut adalah valid maka pengembangan modul tidak perlu revisi atau hanya menindak lanjuti saran dan masukan dari validator. Akan tetapi jika penilaian modul tersebut tidak valid atau kurang valid maka pengembang akan merevisi modul yang dikembangkan.
3.      Ujicoba Produk
a.       Desain uji coba
Uji coba produk pada pengembangan ini akan di lakukan oleh tiga jenis validator dalam dua tahapuji coba, yaitu validasi ahli dan praktisi, serta validasi pengguna (user). Tahap uji coba tersebut akan dijelaskan dibawah ini:
a)      Validasi ahli materi dan validasi ahli modul
Produk  jadi
Dalam validasi  ini, draf produk diserahkan kepada validator untuk dinilai berdasrkan criteria yang telah ditentukan dalam lembar validasi. Apabila draf sudah valid, maka akan di buat kedalam produk semi jadi. Namun jika belum memenuhi standar kevalidan produk akan direvisi. Kemudian produk semi jadi yang sudah valid akan diujicobakan kepada siswa sebagai pengguna.
b)      Validasi pengguna
Dalam validasi ini, produk semi jadi yang sudah valid diujicobakan kepada validator pengguna (user) untuk dipelajari dan ditanggapi. Selain itu, validator pengguna (user) juga menggunakan produk semi jadi dalam pembelajarannya. Kemudian dilakukan pengecekan hasil pengerjaan produk semi jadi untuk memperkuat data kevalidan produk. Apabila hasil validasi ini belum memenuhi criteria yang ditetapkan, maka perlu dilakukan revisi sehingga menjadi produk jadi yang layak.



Desain uji coba produk dalam pengembangan ini adalah sebagai berikut:
Draf awal bahan ajar (Modul)
Validasi ahli Materi
Validator   : 1 dosen dan 1 guru matematika SMP
Instrument:  lembar validasi materi
Validasi Ahli Modul
Validator   : 2 guru matematika SMP
Intrumen  : lembar validasi modul
Analisis
Revisi
Iya
Tidak
Validasi user
Validator  : 15 siswa SMP kelas VII
 Instrument : lembar validasi modul dan materi modul
Analisis
Revisi
PRODUK AKHIR
Iya
Tidak
 


















b.      Subyek coba
Validator ujicoba 1 adalah dosen matematika, 3 guru matematika SMP dan siswa SMP kelas VII
1)      Satu orang dosen matematika dan satu guru matematika (ahli materi)
-          Dosen matematika di Perguruan Tinggi
-          Telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang S2 di bidang pendidikan mematika
2)      Dua guru matematika SMP (ahli modul)
-          Guru matematika di SMP
-          Telah menyelesaikan pendidikan jenjang S1
3)      Siswa SMP kelas VII
-          Siswa SMP kelas VII yang dipilih dengan tingkat kognitif yang berbeda, yaitu 5 siswa yang berkemampuan tinggi, 5 siswa yang berkemampuan sedang dan 5 siswa yang berkemampuan rendah. Tingkat kognitif siswa ini diketahui dari penilaian yang dilakukan oleh guru matematika.
c.       Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam pengembangan ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
a)      Data kualitatif diperoleh dari saran dan pendapat yang diberikan validator melalui lembar validasi.
b)      Data kuantitatif diperoleh dari penilaian validator terhadap  modul berdasarkan komponen-komponen yang termuat dalam lembar validasi. Penilaian komponen-komponen dalam modul menggunakan skala Likert dengan menggunakan skala 4.
d.      Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini berupa modul dan lembar validasi. Modul merupakan bahan yang akan divalidasi, sedangkan lembar validasi merupakan lembar penilaian yang akan digunakan validator. Lembar validasi yang digunakan terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama berupa penilaian dengan menggunakan skala 4 tingkat dan bagian yang kedua berupa lembar komentar dan saran. Adapun kriteria yang terdapat pada bagian pertama adalah sebagai berikut:
1.      Skala 1, jika pernyataan dalam lembar validasi tidak sesuai dengan keadaan dalam modul.
2.      Skala 2, jika pernyataan dalam lembar` validasi kurang sesuai dengan keadaan dalam modul.
3.      Skala 3, jika pernyataan dalam lembar validasi sesuai dengan keadaan dalam modul.
4.      Skala 4, jika pernyataan dalam lembar validasi sangat sesuai dengan keadaan dalam modul.





K.    DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ginting, Abdurrakhman.2007. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: HUMANIORA

Supratiknya. A.2008. Merancang Program dan Modul Psikoedukasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma

Prastowo. Andi.2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA PRESS

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain System Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat

Setyosari, punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kharisma Putra Utama

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

1 komentar: