Kamis, 20 Juni 2013

Pengembangan Modul Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses pada Materi Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP

JUDUL PENELITIAN
Pengembangan Modul Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses pada Materi Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP
LATAR BELAKANG MASALAH
Fungsi pendidikan nasional seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.Berbicara tentang mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan memiliki jangkauan dan kajian yang sangat luas, terutama kajian pendidikan yang menyangkut pembelajaran di sekolah. Jika dirunut ke belakang, maka dapat dispesifikasikan lagi sampai pada pembelajaran dari salah satu pelajaran yang memberikan kontribusi positif bagi pencerdasan dan pencerahan kehidupan bangsa sekaligus turut memanusiakan bangsa Indonesia dalam arti dan cakupan yang lebih luas. Salah satunya yakni pembelajaran matematika di sekolah. Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.Menurut survei Political and Economic Risk Consultant  kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia ditahun 2000an, Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu, ditunjukkan juga dari data Balitbang depdiknas 2003  bahwa dari 146 ribu SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program .Dari 201 ribuan SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program dan dari 8 Ribuan SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program. Dan data tersebut sampai sekarang masih belum ada perubahan yang berarti. Banyak pihak yang mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita, dari berbagai pengamatan dan analisis data ada banyak faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan yang bermakna, salah satunya yaitu pendekatan yang digunakan di dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi optimal bagi berlangsungnya pembelajaran. Selama ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan input-output analisis, yaitu pendekatan yang menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi maka mutu pendidikan secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa demikian, karena selama ini pendekatan terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan proses pendidikan padahal proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimum. Olehnya itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran.Namun kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap konsep-konsep matematika siswa menjadi sangat kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika.Berdasarkan hasil observasi di lembaga-lembaga pendidikan khususnya sekolah, kondisi pembelajaran seperti yang digambarkan di atas masih sering terjadi. Siswa masih kurang aktif dalam proses belajar mengajar, hal ini mengakibatkan  hasil belajar matematika siswa tergolong rendah. Dari uraian di atas, maka salah satu upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sebagai satu strategi yang diharapkan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, perlu penerapan langsung di lapangan dengan memperbaiki atau mengembangkan referensi yang digunakan oleh seorang pendidik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Untuk itu saya mencoba mengadakan penelitian dengan judul "Pengembangan Modul Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses pada Materi Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP"
(alasan memilih modul??) 
 
 
 
PERUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka peneliti dapat merumuskan bahwa:
Bagaimanakah proses menyusun modul matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada materi teorema Pythagoras kelas VIII SMP yang baik?
Bagaimanakah hasil modul matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada materi teorema Pythagoras kelas VIII SMP?
TUJUAN PENGEMBANGANDilihat dari perumusan masalah yang tertulis diatas, maka penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar modul matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada materi teorema Pythagoras kelas VIII SMP yang baik.
MANFAAT PENELITIANManfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah :
Menghasilkan bahan ajar berupa modul matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses yang dapat digunakan oleh siswa dan guru.
Bisa digunakan sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mengevaluasi diri dan memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan memproseskan perolehan belajarnya.
Sebagai bahan pertimbangan khususnya bagi guru matematika dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar di sekolah, agar dapat meningkatkan kualitas belajar siswa didiknya.
Dapat menjadi motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan penelitian lebih luas sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan proses pembelajaran matematika di sekolah.
 
PENTINGNYA PENGEMBANGANPengembangan ini dimaksudkan untuk melakukan pembaharuan serta perbaikan buku-buku atau bahan ajar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif. Dalam proses belajar mengajar ada tiga komponen yang sangat erat sekali, yaitu: peserta didik, pendidik dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Tanpa peserta didik, guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa guru para siswa juga tidak akan dapat secara optimal belajar. Tanpa kurikulum, guru pun tidak akan mempunyai bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik. Dengan demikian, tanpa kehadiran salah satu komponen tersebut, proses interaksi edukatif tidak akan terjadi. Maka dengan itu penelitian ini sangat penting sekali untuk mengembangkan bahan ajar modul yang baik dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada peserta didik.
ASUMSI DAN KETERBATASAN
Asumsi
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas bahwa pengembangan ini akan menghasilkan bahan ajar matematika yang berbentuk modul dengan menggunakan pendekatan pendekatan keterampilan proses pada materi teorema Pythagoras yang nantinya akan dapat digunakan oleh setiap guru matematika untuk melakukan pembelajaran pada pokok bahasan tersebut dengan menggunakan modul yang baik. Sepesifikasi produk model pembelajaran ini adalah: ??? Proses pembelajaran matematika melalui bahan ajar modul matematika
dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada materi teorema Pythagoras.
Materi, contoh soal serta pelaksanaan pembelajaran telah tersedia pada modul
Siswa mengikuti langkah-langkah pembelajaran dan selanjutnya mengerjakan uji kompetensi.
Diberikan diskusi kelompok untuk memperdalam pemahaman dan menemukan konsep-konsep baru.
Sistem evaluasi berupa soal ulangan harian.
Keterbatasan
Adapun pengembangan ini dibatasi oleh:
Pengembangan modul matematika dengan pendekatan Ketrampilan Proses hanya akan membahas tentang pengertian, sifat, Asal usul, ciri-ciri dan aplikasi teorema Pythagoras.
Materi yang dikaji adalah pada pokok bahasan Teorema Pythagoras pada siswa SMP kelas VIII
SPESIFIKASI PRODUK PENGEMBANGAN??????????Produk yang dihasilkan dari pengembangan ini adalah berupa Modul yang berisi tentang konsep, materi, dan latihan soal tentang pokok bahasan Teorema Pythagoras dengan pendekatan Ketrampilan Proses.
DEFINISI OPERASIONALUntuk menghindari penafsiran arti istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dibatasi dalam arti berikut ini:
Pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Modul adalah bahan ajar cetak atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri
Ketrampilan Proses adalah suatu pendekatan mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dan percaya diri dapat ditingkatkan. Dalam pendekatan seperti ini diharapkan wawasan atau anutan pengembangan ketermpilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri pebelajar (Depdikbud).
Teorema Pythagoras adalah hubungan antara geometry euclidean antara tiga sisi dari segitiga siku-siku. Dengan bunyi teoremanya:
Di setiap segitiga siku-siku, kuadrat panjang garis yang miring (sisi paling panjang segitiga, disebut hypotenuse) sama dengan penjumlahan kuadrat dua sisi lainnya.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Pengembangan
Pengertian Penelitian Pengembangan
Setyosari (dalam Borg dan Gall, 1983) menyatakan bahwa pengertian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan dipakai dan melakukan revisi terhadap hasil ujian lapangan.
Setyosari (dalam Seels dan Richey, 1994) juga menyatakan pengembangan didefinisikan sebagai berikut: "Penelitian pengembangan sebagaimana dibedakan dengan pengembangan pembelajaran yang sederhana, didefinisikan sebagai kajian sistematik untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi criteria konsistensi dan keefektifan secara internal." Dalam bentuk yang paling sederhana penelitian pengembangan ini dapat berupa: 1) kajian tentang proses dan dampak rancangan pengembangan dan upaya-upaya pengembangan tertentu atau khusus, atau berupa 2) suatu situasi di mana seseorang melakukan atau melaksanakan rancangan, pengembangan pembelajaran atau kegiatan-kegiatan mengkaji proses pada saat yang sama, atau berupa 3) kajian tentang rancangan, pengembangan dan proses evaluasi pembelajaran baik yang melibatkan komponen proses secara menyeluruh atau tertentu saja.
Tujuan Penelitian PengembanganSetyosari (20: 217) menyatakan tujuan penelitian pengembangan adalah ingin menilai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Untuk melakukan penelitian ini bisanya dilakukan melalui metode-metode, misalnya: longitudinal, cross sectional dan cross sequential (AllPsych online, 2004). Kajian longitudinal adalah kajian untuk menilai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu dengan cara mengamati sekelompok subjek selama beberapaa waktu. Kajian cross sectional adalah cara untuk mengurangi waktu dan tingkat mortalitas dalam penelitian pngembangan yang tujuannya adalah untuk menilai perbedaan usia yang sama bukan menggunakan kelompok yang sama dalam kurun waktu tertentu. Kajian cross sequential adalah kombinasi kedua metode di atas yang berusaha memperpendek lamanya waktu dan meminimalisasi asumsi-asumsi pengembangan.
Pengertian Belajar dan Belajar Matematika
Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dan diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Uzer dalam Darmin (2003:6) mengemukakan bahwa "belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya".
Sedangkan Slameto (1991:2)  mengemukakan bahwa :
"Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ".
Kemudian Sudjana (1997:25) memberikan pengertian bahwa :
"Belajar adalah proses aktif, belajar adalah perubahan tingkah laku terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan yang melalui berbagai pengalaman seperti proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu ".
Sejalan dengan itu, ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik 1993 :10).
Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa belajar itu adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang terarah. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang terarah dapat berupa mempertimbangkan dan menghubungkan dengan pengalaman masa lampau yang diaplikasikan dalam bentuk latihan.
Belajar Matematika
Berkaitan dengan definisi matematika tersebut Ruseffendi (1998: 260) menyatakan bahwa "Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran".
James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa :
"Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri".
Masih banyak lagi definisi tentang matematika. Dari definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks.
Dalam pembelajaran, matematika harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92) yang menyatakan bahwa "Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya".
Pendapat lain dikemukakan oleh Bruner dalam Hudoyo (1990 :48) yaitu "Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu".
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
Pendekatan Keterampilan ProsesDidalam kurikulum 1984, keterampilan proses didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dan percaya diri dapat ditingkatkan. Dalam pendekatan seperti ini diharapkan konsep, hukum, teori dapat dirumuskan dan didefenisikan sendiri melalui proses yang dilakukannya.
Pada petunjuk pelaksanaan proses balajar mengajar dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan keterampilan proses adalah keterampilan siswa untuk mengelola perolehan belajarnya yang didapat melalui proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengamati, menggolongkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, dan mengkomunikasikannya. Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental serta pengembangan keterampilan proses telah dimiliki pula oleh anak meskipun dalam wujud potensi atau kemampuan yang masih rendah, kemampuan yang masih perlu dituntut untuk diwujudkan.
Suryo Subroto (1995 : 75) mengemukakan bahwa dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan pendekatan belajar, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses balajar mengajar sejati menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Dengan demikian, melalui pendekatan keterampilan proses itu diterapkan sentuhan untuk mengaktifkan anak didik belajar untuk mempelajari sesuatu mewujudkan suatu minat yang akhirnya mengarah kepada suatu keterlibatan yang dilandasi rasa tanggung jawab didalam menghadapi dan mangatasi masalah-masalah dalam belajar.
Sementara itu proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendekatan keterampilan proses itu sendiri yang meliputi:
Memberikan motivasi .belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses siswa dipacu untuk senantiasa bepartisipasi aktif dalam belajar
Untuk lebih memperdalam konsep pengertian dan fakta yang dipelajari siswa karena hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut
Untuk mengembangkan pengetahuan atau teori dengan kenyataan hidup dalam masyarakat sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi
Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi hidup didalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah
Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai masalah.
Pada dasarnya keterampilan proses ini dilaksanakan dengan menekankan pada begaimana siswa belajar, begaimana siswa mengolah problemnya sehingga menjadi miliknya. Yang dimaksud dengan perolehan itu adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif melalui keterampilan proses. Keterampilan proses dan ciri-cirinya oleh Sriyono (1988 : 36) disajikan dalam tabel 1.1 berikut : Keterampilan proses dan ciri-cirinya oleh Sriyono (1988 : 36) disajikan dalam tabel 1.1 berikut :
No
Keterampilan
Proses
Indikator
Komponen Operasional
1
Mengamati
dengan panca
indera
Mengumpulkann fakta yang
relefan, menggunakan
sebanyak mungkin indera.
Merasakan, meraba,
membau, mencicipi,
mengecap
2
Mengajukan
pertanyaan
Bertanya untuk menerima
Kejelasan
Bertanya mengapa, apa
atau bagaimana
3
MenghitungBerhitung, hasil perhitungan
dapat dikomunikasikan dengan
tabel, grafik atau hitogram.
Hitunglah
4
MenggambarMenggambarMenggambar
5
BerkomunikasiMenyusun dan menyampaikan
informasi secara sistematis,
menjelaskan hasil, mendiskusikan hasil.
Berdiskusi, berdeklamasi,
bertanya, memperagakan,
mengekspresikan dan
melaporkan dalam bentuk
lisan, tulisan, gambar
penampilan dan gerak.
6
MengukurMengukur dengan alat ukur
baku.
Mengukur
7
KlasifikasiMemasukan kedalam golongan
atau kelompok berdasarkan
patokan tertentu.
Mengelompokkan,
menggolongkan,
membandingkan,
mengontraskan.
8
PrediksiDengan menggunakan pola
pola (hubungan-hubungan)
mengemukakan apa yang
mungkin terjadi pada keadaan
yang belum diamati.
Meramalkan, menafsirkan
Berdasarkan
kecenderungan pola yang
telah dimiliki melalui
hubungan pola atau fakta
untuk diterapkan pada
suatu yang baru.
9
MenyimpulkanMemberi arti inferensiMenyimpulkan,
menginterpretasikan.
10
Menerapkan
konsep
Menggunakan konsep-konsep
yang telah depelajari dalam
situasi baru.
Menggunakan,
menerapkan konsep dalam
situasi yang baru.

Teorema Pythagoras
Penemu Teorema Pythagoras
"Teorema Pythagoras" dinamakan oleh ahli matematika Yunani kuno yaitu Pythagoras, yang dianggap sebagai orang yang pertama kali memberikan bukti teorema ini. Akan tetapi, banyak orang yang percaya bahwa terdapat hubungan khusus antara sisi dari sebuah segi tiga siku-siku jauh sebelum Pythagoras menemukannya.
Pengertian Teorema Pythagoras
Teorema Phitagoras adalah hubungan antara geometry euclidean antara tiga sisi dari segitiga siku-siku.
Dengan bunyi teoremanya:
Di setiap segitiga siku-siku, kuadrat panjang garis yang miring (sisi paling panjang segitiga, disebut hypotenuse) sama dengan penjumlahan kuadrat dua sisi lainnya.
Teorema Pythagoras memainkan peran yang sangat signifikan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika. Misalnya, untuk membentuk dasar trigonometri dan bentuk aritmatika, di mana bentuk ini menggabungkan geometri dan aljabar. Teorema ini adalah sebuah hubungan dalam Geometri Euclides di antara tiga sisi dari segi tiga siku-siku. Hal ini menyatakan bahwa 'Jumlah dari persegi yang dibentuk dari panjang dua sisi siku-sikunya akan sama dengan jumlah persegi yang dibentuk dari panjang hipotenusa-nya'.
Secara matematis, teorema ini biasanya biasanya ditulis sebagai : a2 + b2 = c2
, di mana a dan b mewakili panjang dari dua sisi lain dari segitiga siku-siku dan c mewakili panjang dari hipotenusanya (sisi miring). Modul
Pengertian Modul
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan "bahasa pengajar" atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sis- tematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.
1. Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus;
a. berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
b. berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;
c. menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pema- paran materi pembelajaran;
d. menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memung- kinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasa- annya;
e. kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
f. menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
g. terdapat rangkuman materi pembelajaran;
h. terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan peng- gunaan diklat melakukan ‘self assessment’;
i. terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
j. terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya menge- tahui tingkat penguasaan materi; dan
k. tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendu- kung materi pembelajaran dimaksud.
2. Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
3. Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempe- lajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
4. Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap "up to date". Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
5. User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.
Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul
Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran mandiri (self-instruction). Karena fungsinya yang seperti tersebut di atas, maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini ialah adanya kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul haruslah secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga dengan begitu para pembaca merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar melalui modul ini. Kecuali apabila pembaca menginginkan pengembangan wawasan tentang bidang tersebut, bahkan dianjurkan untuk menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka (bibliografi) yang sering juga dilampirkan pada bagian akhir setiap modul. Isi suatu modul hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya, apalagi isinya.
Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Karena konsep belajarnya berciri demikian, maka kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa mengikuti pola belejar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut.
Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun guru/ instruktur.
Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan dalam berin- teraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
Memungkinkan siswa atau pebelajar dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
Dengan memerhatikan tujuan-tujuan di atas, modul sebagai bahan ajar akan sama efektifnya dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini tergantung pada proses penulisan modul. Penulis modul yang baik menulis seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang peserta mengenai suatu topik melalui tulisan. Segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis saat pembelajaran, dikemukakan dalam modul yang ditulisnya. Penggunaan modul dapat dikatakan sebagai kegiatan tutorial secara tertulis.
Pembelajaran Menggunakan Modul
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi yang diwujudkan melalui kegiatan penyampaian informasi kepada peserta didik. Informasi yang disampikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya. Informasi tersebut biasanya dikemas sebagai satu kesatuan yaitu bahan ajar (teaching material). Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya bahan ajar memungkinkan peserta didik mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar disusun dengan tujuan; (1) membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu; (2) menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar; (3) memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran; serta (4) agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Sistem belajar mandiri adalah cara belajar yang lebih menitikberatkan pada peran otonomi belajar peserta didik. Belajar mandiri adalah suatu proses di mana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri; merumuskan/menentukan tujuan belajarnya sendiri; mengidentifikasi sumber-sumber belajar; memilih dan melaksanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebe- basan, tanggung jawab dan kewenangan lebih besar kepada peserta didik. Peserta didik mendapatkan bantuan bimbingan dari guru/tutor atau orang lain, tapi bukan berarti harus bergantung kepada mereka. Belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses atau produk. Sebagai proses, belajar mandiri mengandung makna sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan di mana peserta didik diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam kegiatan pembelajaran. Belajar mandiri sebagai produk mengandung makna bahwa setelah mengikuti pembelajaran tertentu peserta didik menjadi seorang pebelajar mandiri.
Implikasi utama kegiatan belajar mandiri adalah perlunya mengopti- malkan sumber belajar dengan tetap memberikan peluang otonomi yang lebih besar kepada peserta didik dalam mengendalikan kegiatan belajarnya. Peran guru/tutor bergeser dari pemberi informasi menjadi fasilitator belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan, merangsang sema- ngat belajar, memberi peluang untuk menguji/mempraktikkan hasil belajar- nya, memberikan umpan balik tentang perkembangan belajar, dan membantu bahwa apa yang telah dipelajari akan berguna dalam kehidupannya. Untuk itulah diperlukan modul sebagai sumber belajar utama dalam kegiatan belajar mandiri.
Pembelajaran menggunakan modul bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut: (1) meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat; (2) menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik; (3) secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul; (4) mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi.
Tujuan pembelajaran menggunakan modul untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri. Pelaksanaan pembelajaran modul lebih banyak melibatkan peran peserta didik secara individual dibandingkan dengan tutor. Tutor sebagai fasilitator kegiatan belajar, hanya membantu peserta didik memahami tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran, melakukan evaluasi, serta menyiapkan dokumen.
Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika peserta didik diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila peserta didik tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria peserta didik didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.
METODE PENGEMBANGAN
Model Pengembangan
Berdasarkan isi dan tujuannya, penelitian ini digolongkan sebagai penelitian pengembangan, adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk, dan menguji keefektifan produk.
Penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap yaitu:
1.1 Persiapan
Tahap ini meliputi analisis materi kurikulum matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada materi Teorema Phitagoras, kontak dengan guru di sekolah serta penyiapan penjadwalan dan prosedur kerjasama dengan guru kelas yang dipakai.
1.2 Desain Produk
Pada tahap ini, peneliti mendesain produk bahan ajar (kenapa g spesifik modul???)semenarik mungkin. Selain itu peneliti mendesain isi bahan ajar dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.
1.3 Uji Pakar
Bahan ajar modul matematika dengan menggunakan keterampilan proses yang sudah di desain isinya, dievaluasi instrumennya, dan modul divalidasi pakar yang ahli materi dan pembelajaran matematika, serta ahli media dan sumber belajar (validator yang mana??). Tujuan validasi dari para pakar ini bertujuan untuk menilai dan memberi masukan berkait dengan kebenaran modul dan kebenaran langkah-langkah pada proposal.
1.4 Uji coba pada siswa
Pada tahap ini bahan ajar modul matematika dengan menggunakan keterampilan proses dicobakan terhadap siswa. Hal ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap kualitas modul dengan melihat masukan siswa tersebut.
1.5 Revisi
Saran-saran dari guru serta pakar ahli pembelajaran dan hasil pekerjaan siswa dijadikan dasar untuk merevisi bahan ajar modul matematika dengan menggunakan keterampilan proses terrsebut agar modul menjadi lebih baik.
Prosedur PengembanganPada tahap ini, pengembang menggunakan Model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pembatasan), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan) dan Disseminate (Penyebaran), atau diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran seperti pada gambar berikut:
Gambar. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D Thigarajan (Trianto, 2007a: 66)
Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut (Trianto, 2007 : 65 – 68).Tahap Pendefinisian (define). Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: (a) Analisis ujung depan, (b) Analisis siswa, (c) Analisis tugas. (d) Analisis konsep, dan (e) Perumusan tujuan pembelajaran.
Tahap Perencanaan (Design ). Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu, (a) Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi Dasar dalam kurikukum KTSP). Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar, (b) Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (c) Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.
Tahap Pengembangan (Develop). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c) uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
Tahap penyebaran (Disseminate). Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.
 
 
 
 
 
Uji Coba Produk
Desain Uji Coba
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Subjek Coba
Validator dalam penulisan ini terdiri dari 3 kelompok, yaitu validator ahli, validator praktisi, validator user. Validator ahli dalam hal ini melibatkan 2 dosen jurusan matematika. Validator praktisi melibatkan 2 guru matematika SMP. Validator user melibatkan 5 siswa SMP kelas VIII. Adapun kualifikasi untuk masing-masing validator diuraikan sebagai berikut:
Validator Ahli
Dosen jurusan matematika
Berpendidikan minimal S2 pendidikan/nonkependidikan matematika
Bukan dosen pembimbing skripsi penulis
Validator Praktisi
Guru mata pelajaran matematika di SMP
Telah menyelesaikan pendidikan minimal S1 pada program studi matematika atau pendidikan matematika.
Berpengalaman mengajar minimal 5 tahun atau telah lulus sertifikasi guru atau lulus Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Validator User
Siswa kelas VIII pada mata pelajaran teorema pythagoras dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses, baik laki-laki maupun perempuan yang terdiri dari 2 siswa berkemampuan tinggi, 1 siswa berkemampuan sedang, dan 2 siswa berkemampuan rendah.. Pada tahap ini juga dilakukan pengukuran pada siswa seperti, angket, dan tes, untuk melihat efek dan penilaian siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan bahan ajar modul matematika. punya capa???????????
Jenis DataData yang dikumpulkan diperoleh dari dosen matematika, guru, angket siswa dan hasil uji kompetensi.????????????
Instrumen Pengumpulan DataInstrument pengumpulan data ayang digunakan adalah lembar validasi dan lembar angket siswa. Yang diperoleh dari validator dan angket siswa. (penulisan dan makna kalimat diprhatikan??)
Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini berupa data tentang:
Kemenarikan bahan ajar bagi siswa.
Kemudahan pemahaman bagi guru.
Relevansi materi yang dipelajari
Kebermanfaatan produk dan materi yang dipelajari
Hasil belajar yang diperoleh
Data tersebut akan diolah dan selanjutnya akan direvisi jika ada yang kurang valid sehingga akan dihasilkan bahan ajaran yang baik.
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suyono. Hariyanto. 2011. Belajar Dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara
Hariwijaya. 2009. Meningkatkan Kecerdasan Matematika. Yogyakarta: Tugu Publisher.
Dimyati, Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogyakarta: Diva Press
Handayani, tri, 2007. Meningkatkan Belajar Peserta Didik Kelas VIII-E Semester 1 SMP Jati Kudus dalam Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Melalui Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Type STAD Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi FMIPA UNES
Wardana, Daniel, Ari,20-06-2009. Sejarah Singkat Teorema Pythagoras, (online)
http://math07.findtalk.biz/t38-sejarah-singkat-teorema-pythagorasDermawan, imam. Penjelasan Teorema Phytagoras, (online)
http://imamdermawan.web.id/?p=19Nuning, 08-05-2012. Melihat Pendidikan Kita, (online) http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"&HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"det=1HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"&HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"id=7299HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"&HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"idg=1
 

1 komentar:

  1. Betway Casino Site - Best Online Casino and Sportsbook for
    Play the most popular slots and live casino games and join the 카지노 world's 바카라 사이트 biggest online sportsbook 1xbet korean and casino sites! Discover over 200 betting options for

    BalasHapus