Pengembangan Modul Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses pada Materi Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP
Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimum. Olehnya itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran.Namun kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap konsep-konsep matematika siswa menjadi sangat kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika.Berdasarkan hasil observasi di lembaga-lembaga pendidikan khususnya sekolah, kondisi pembelajaran seperti yang digambarkan di atas masih sering terjadi. Siswa masih kurang aktif dalam proses belajar mengajar, hal ini mengakibatkan hasil belajar matematika siswa tergolong rendah. Dari uraian di atas, maka salah satu upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sebagai satu strategi yang diharapkan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, perlu penerapan langsung di lapangan dengan memperbaiki atau mengembangkan referensi yang digunakan oleh seorang pendidik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Untuk itu saya mencoba mengadakan penelitian dengan judul "Pengembangan Modul Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses pada Materi Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP"
(alasan memilih modul??)
PERUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka peneliti dapat merumuskan bahwa:
Bagaimanakah hasil modul matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada materi teorema Pythagoras kelas VIII SMP?
TUJUAN PENGEMBANGANDilihat dari perumusan masalah yang tertulis diatas, maka penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar modul matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada materi teorema Pythagoras kelas VIII SMP yang baik.
MANFAAT PENELITIANManfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah :
Bisa digunakan sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mengevaluasi diri dan memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan memproseskan perolehan belajarnya.
Sebagai bahan pertimbangan khususnya bagi guru matematika dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar di sekolah, agar dapat meningkatkan kualitas belajar siswa didiknya.
Dapat menjadi motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan penelitian lebih luas sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan proses pembelajaran matematika di sekolah.
ASUMSI DAN KETERBATASAN
dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada materi teorema Pythagoras.
Materi, contoh soal serta pelaksanaan pembelajaran telah tersedia pada modul
Siswa mengikuti langkah-langkah pembelajaran dan selanjutnya mengerjakan uji kompetensi.
Diberikan diskusi kelompok untuk memperdalam pemahaman dan menemukan konsep-konsep baru.
Sistem evaluasi berupa soal ulangan harian.
Keterbatasan
Adapun pengembangan ini dibatasi oleh:
Materi yang dikaji adalah pada pokok bahasan Teorema Pythagoras pada siswa SMP kelas VIII
SPESIFIKASI PRODUK PENGEMBANGAN??????????Produk yang dihasilkan dari pengembangan ini adalah berupa Modul yang berisi tentang konsep, materi, dan latihan soal tentang pokok bahasan Teorema Pythagoras dengan pendekatan Ketrampilan Proses.
DEFINISI OPERASIONALUntuk menghindari penafsiran arti istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dibatasi dalam arti berikut ini:
Modul adalah bahan ajar cetak atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri
Ketrampilan Proses adalah suatu pendekatan mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dan percaya diri dapat ditingkatkan. Dalam pendekatan seperti ini diharapkan wawasan atau anutan pengembangan ketermpilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri pebelajar (Depdikbud).
Di setiap segitiga siku-siku, kuadrat panjang garis yang miring (sisi paling panjang segitiga, disebut hypotenuse) sama dengan penjumlahan kuadrat dua sisi lainnya.
Setyosari (dalam Borg dan Gall, 1983) menyatakan bahwa pengertian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan dipakai dan melakukan revisi terhadap hasil ujian lapangan.
Setyosari (dalam Seels dan Richey, 1994) juga menyatakan pengembangan didefinisikan sebagai berikut: "Penelitian pengembangan sebagaimana dibedakan dengan pengembangan pembelajaran yang sederhana, didefinisikan sebagai kajian sistematik untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi criteria konsistensi dan keefektifan secara internal." Dalam bentuk yang paling sederhana penelitian pengembangan ini dapat berupa: 1) kajian tentang proses dan dampak rancangan pengembangan dan upaya-upaya pengembangan tertentu atau khusus, atau berupa 2) suatu situasi di mana seseorang melakukan atau melaksanakan rancangan, pengembangan pembelajaran atau kegiatan-kegiatan mengkaji proses pada saat yang sama, atau berupa 3) kajian tentang rancangan, pengembangan dan proses evaluasi pembelajaran baik yang melibatkan komponen proses secara menyeluruh atau tertentu saja.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dan diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.Uzer dalam Darmin (2003:6) mengemukakan bahwa "belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya".
Sedangkan Slameto (1991:2) mengemukakan bahwa :
"Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ".
Kemudian Sudjana (1997:25) memberikan pengertian bahwa :
"Belajar adalah proses aktif, belajar adalah perubahan tingkah laku terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan yang melalui berbagai pengalaman seperti proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu ".
Sejalan dengan itu, ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik 1993 :10).
Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa belajar itu adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang terarah. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang terarah dapat berupa mempertimbangkan dan menghubungkan dengan pengalaman masa lampau yang diaplikasikan dalam bentuk latihan.
Belajar Matematika
James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa :
"Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri".
Masih banyak lagi definisi tentang matematika. Dari definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks.
Dalam pembelajaran, matematika harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92) yang menyatakan bahwa "Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya".
Pendapat lain dikemukakan oleh Bruner dalam Hudoyo (1990 :48) yaitu "Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu".
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku.Pada petunjuk pelaksanaan proses balajar mengajar dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan keterampilan proses adalah keterampilan siswa untuk mengelola perolehan belajarnya yang didapat melalui proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengamati, menggolongkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, dan mengkomunikasikannya. Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental serta pengembangan keterampilan proses telah dimiliki pula oleh anak meskipun dalam wujud potensi atau kemampuan yang masih rendah, kemampuan yang masih perlu dituntut untuk diwujudkan.
Suryo Subroto (1995 : 75) mengemukakan bahwa dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan pendekatan belajar, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses balajar mengajar sejati menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Dengan demikian, melalui pendekatan keterampilan proses itu diterapkan sentuhan untuk mengaktifkan anak didik belajar untuk mempelajari sesuatu mewujudkan suatu minat yang akhirnya mengarah kepada suatu keterlibatan yang dilandasi rasa tanggung jawab didalam menghadapi dan mangatasi masalah-masalah dalam belajar.
Sementara itu proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendekatan keterampilan proses itu sendiri yang meliputi:
Untuk lebih memperdalam konsep pengertian dan fakta yang dipelajari siswa karena hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut
Untuk mengembangkan pengetahuan atau teori dengan kenyataan hidup dalam masyarakat sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi
Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi hidup didalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah
Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai masalah.
No
|
Keterampilan
Proses
Indikator
Komponen Operasional
1
dengan panca
indera
relefan, menggunakan
sebanyak mungkin indera.
membau, mencicipi,
mengecap
2
pertanyaan
Kejelasan
atau bagaimana
3
dapat dikomunikasikan dengan
tabel, grafik atau hitogram.
4
5
informasi secara sistematis,
menjelaskan hasil, mendiskusikan hasil.
bertanya, memperagakan,
mengekspresikan dan
melaporkan dalam bentuk
lisan, tulisan, gambar
penampilan dan gerak.
6
baku.
7
atau kelompok berdasarkan
patokan tertentu.
menggolongkan,
membandingkan,
mengontraskan.
8
pola (hubungan-hubungan)
mengemukakan apa yang
mungkin terjadi pada keadaan
yang belum diamati.
Berdasarkan
kecenderungan pola yang
telah dimiliki melalui
hubungan pola atau fakta
untuk diterapkan pada
suatu yang baru.
9
menginterpretasikan.
10
konsep
yang telah depelajari dalam
situasi baru.
menerapkan konsep dalam
situasi yang baru.
Penemu Teorema Pythagoras
"Teorema Pythagoras" dinamakan oleh ahli matematika Yunani kuno yaitu Pythagoras, yang dianggap sebagai orang yang pertama kali memberikan bukti teorema ini. Akan tetapi, banyak orang yang percaya bahwa terdapat hubungan khusus antara sisi dari sebuah segi tiga siku-siku jauh sebelum Pythagoras menemukannya.
Pengertian Teorema Pythagoras
Dengan bunyi teoremanya:
Di setiap segitiga siku-siku, kuadrat panjang garis yang miring (sisi paling panjang segitiga, disebut hypotenuse) sama dengan penjumlahan kuadrat dua sisi lainnya.
Teorema Pythagoras memainkan peran yang sangat signifikan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika. Misalnya, untuk membentuk dasar trigonometri dan bentuk aritmatika, di mana bentuk ini menggabungkan geometri dan aljabar. Teorema ini adalah sebuah hubungan dalam Geometri Euclides di antara tiga sisi dari segi tiga siku-siku. Hal ini menyatakan bahwa 'Jumlah dari persegi yang dibentuk dari panjang dua sisi siku-sikunya akan sama dengan jumlah persegi yang dibentuk dari panjang hipotenusa-nya'.
Secara matematis, teorema ini biasanya biasanya ditulis sebagai : a2 + b2 = c2
, di mana a dan b mewakili panjang dari dua sisi lain dari segitiga siku-siku dan c mewakili panjang dari hipotenusanya (sisi miring).
Pengertian Modul
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sis- tematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.
a. berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
b. berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;
c. menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pema- paran materi pembelajaran;
d. menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memung- kinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasa- annya;
e. kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
f. menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
g. terdapat rangkuman materi pembelajaran;
h. terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan peng- gunaan diklat melakukan ‘self assessment’;
i. terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
j. terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya menge- tahui tingkat penguasaan materi; dan
k. tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendu- kung materi pembelajaran dimaksud.
2. Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
3. Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempe- lajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
4. Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap "up to date". Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
5. User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.
Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul
Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Karena konsep belajarnya berciri demikian, maka kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa mengikuti pola belejar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut.
Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun guru/ instruktur.
Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan dalam berin- teraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
Memungkinkan siswa atau pebelajar dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
Pembelajaran Menggunakan Modul
Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Sistem belajar mandiri adalah cara belajar yang lebih menitikberatkan pada peran otonomi belajar peserta didik. Belajar mandiri adalah suatu proses di mana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri; merumuskan/menentukan tujuan belajarnya sendiri; mengidentifikasi sumber-sumber belajar; memilih dan melaksanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebe- basan, tanggung jawab dan kewenangan lebih besar kepada peserta didik. Peserta didik mendapatkan bantuan bimbingan dari guru/tutor atau orang lain, tapi bukan berarti harus bergantung kepada mereka. Belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses atau produk. Sebagai proses, belajar mandiri mengandung makna sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan di mana peserta didik diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam kegiatan pembelajaran. Belajar mandiri sebagai produk mengandung makna bahwa setelah mengikuti pembelajaran tertentu peserta didik menjadi seorang pebelajar mandiri.
Implikasi utama kegiatan belajar mandiri adalah perlunya mengopti- malkan sumber belajar dengan tetap memberikan peluang otonomi yang lebih besar kepada peserta didik dalam mengendalikan kegiatan belajarnya. Peran guru/tutor bergeser dari pemberi informasi menjadi fasilitator belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan, merangsang sema- ngat belajar, memberi peluang untuk menguji/mempraktikkan hasil belajar- nya, memberikan umpan balik tentang perkembangan belajar, dan membantu bahwa apa yang telah dipelajari akan berguna dalam kehidupannya. Untuk itulah diperlukan modul sebagai sumber belajar utama dalam kegiatan belajar mandiri.
Pembelajaran menggunakan modul bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut: (1) meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat; (2) menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik; (3) secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul; (4) mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi.
Tujuan pembelajaran menggunakan modul untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri. Pelaksanaan pembelajaran modul lebih banyak melibatkan peran peserta didik secara individual dibandingkan dengan tutor. Tutor sebagai fasilitator kegiatan belajar, hanya membantu peserta didik memahami tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran, melakukan evaluasi, serta menyiapkan dokumen.
Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika peserta didik diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila peserta didik tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria peserta didik didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.
METODE PENGEMBANGAN
Model PengembanganBerdasarkan isi dan tujuannya, penelitian ini digolongkan sebagai penelitian pengembangan, adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk, dan menguji keefektifan produk.
Penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap yaitu:
1.1 Persiapan
Tahap ini meliputi analisis materi kurikulum matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada materi Teorema Phitagoras, kontak dengan guru di sekolah serta penyiapan penjadwalan dan prosedur kerjasama dengan guru kelas yang dipakai.
1.2 Desain Produk
Pada tahap ini, peneliti mendesain produk bahan ajar (kenapa g spesifik modul???)semenarik mungkin. Selain itu peneliti mendesain isi bahan ajar dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.
1.3 Uji Pakar
Bahan ajar modul matematika dengan menggunakan keterampilan proses yang sudah di desain isinya, dievaluasi instrumennya, dan modul divalidasi pakar yang ahli materi dan pembelajaran matematika, serta ahli media dan sumber belajar (validator yang mana??). Tujuan validasi dari para pakar ini bertujuan untuk menilai dan memberi masukan berkait dengan kebenaran modul dan kebenaran langkah-langkah pada proposal.
1.4 Uji coba pada siswa
Pada tahap ini bahan ajar modul matematika dengan menggunakan keterampilan proses dicobakan terhadap siswa. Hal ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap kualitas modul dengan melihat masukan siswa tersebut.
1.5 Revisi
Saran-saran dari guru serta pakar ahli pembelajaran dan hasil pekerjaan siswa dijadikan dasar untuk merevisi bahan ajar modul matematika dengan menggunakan keterampilan proses terrsebut agar modul menjadi lebih baik.
Prosedur PengembanganPada tahap ini, pengembang menggunakan Model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pembatasan), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan) dan Disseminate (Penyebaran), atau diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran seperti pada gambar berikut:
Gambar. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D Thigarajan (Trianto, 2007a: 66)
Tahap Perencanaan (Design ). Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu, (a) Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi Dasar dalam kurikukum KTSP). Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar, (b) Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (c) Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.
Tahap Pengembangan (Develop). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c) uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
Tahap penyebaran (Disseminate). Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.
Validator dalam penulisan ini terdiri dari 3 kelompok, yaitu validator ahli, validator praktisi, validator user. Validator ahli dalam hal ini melibatkan 2 dosen jurusan matematika. Validator praktisi melibatkan 2 guru matematika SMP. Validator user melibatkan 5 siswa SMP kelas VIII. Adapun kualifikasi untuk masing-masing validator diuraikan sebagai berikut:
Dosen jurusan matematika
Berpendidikan minimal S2 pendidikan/nonkependidikan matematika
Bukan dosen pembimbing skripsi penulis
Validator Praktisi
Guru mata pelajaran matematika di SMP
Telah menyelesaikan pendidikan minimal S1 pada program studi matematika atau pendidikan matematika.
Berpengalaman mengajar minimal 5 tahun atau telah lulus sertifikasi guru atau lulus Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Validator User
Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini berupa data tentang:
Kemudahan pemahaman bagi guru.
Relevansi materi yang dipelajari
Kebermanfaatan produk dan materi yang dipelajari
Hasil belajar yang diperoleh
DAFTAR PUSTAKA
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suyono. Hariyanto. 2011. Belajar Dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara
Hariwijaya. 2009. Meningkatkan Kecerdasan Matematika. Yogyakarta: Tugu Publisher.
Dimyati, Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogyakarta: Diva Press
Handayani, tri, 2007. Meningkatkan Belajar Peserta Didik Kelas VIII-E Semester 1 SMP Jati Kudus dalam Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Melalui Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Type STAD Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi FMIPA UNES
Wardana, Daniel, Ari,20-06-2009. Sejarah Singkat Teorema Pythagoras, (online)http://math07.findtalk.biz/t38-sejarah-singkat-teorema-pythagorasDermawan, imam. Penjelasan Teorema Phytagoras, (online)
http://imamdermawan.web.id/?p=19Nuning, 08-05-2012. Melihat Pendidikan Kita, (online) http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"&HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"det=1HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"&HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"id=7299HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"&HYPERLINK "http://www.dradio1034fm.or.id/dradio/index.php?mUtama=1&det=1&id=7299&idg=1"idg=1
Betway Casino Site - Best Online Casino and Sportsbook for
BalasHapusPlay the most popular slots and live casino games and join the 카지노 world's 바카라 사이트 biggest online sportsbook 1xbet korean and casino sites! Discover over 200 betting options for