Kamis, 20 Juni 2013

Pengembangan lembar kerja siswa beracuan pendekatan penemuan terbimbing pada meteri segitiga untuk siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama.

A.    Judul Penelitian
Pengembangan lembar kerja siswa beracuan pendekatan penemuan terbimbing pada meteri segitiga untuk siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama.
B.     Latar Belakang
Bagi sebagian orang matematika merupakan pelajaran yang sulit. Ada juga yang menganggap bahwa matematika itu membosankan dan tidak menarik. Bahkan ada pula yang sampai mengalami mathematics phobia (ketakutan matematika). Padahal kita tahu bahwa matematika banyak sekali kegunaannya dalam setiap aspek kehidupan manusia. Misal dalam hal jual beli, hutang piutang, dan optimasi. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kemampuan bermatematika agar matematika tidak lagi menjadi suatu momok bagi siswa.
Menurut teori konstruktifisme, belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya dan mencari makna dari setiap materi atau konsep yang telah dipelajari. Hal ini bertujuan agar belajar siswa menjadi lebih bermakna, ingatan dan pemahaman siswa tentang suatu materi atau konsep menjadi lebih lama, serta mampu menerapkan pemahaman mereka pada konteks yang lain. Salah satu pengalaman belajar yang melibatkan secara langsung dan dapat membangkitkan aktifitas siswa dalam pembelajaran adalah penemuan terbimbing (guided discovery) (Markaban, 2006:16).
Pada pembelajaran saat ini, guru diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Namun, dalam pelaksanaannya beberapa guru masih tetap ada yang hanya sekedar mentransfer pengetahuan yang mereka miliki kepada siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing diharapkan diterapkan oleh guru sehingga siswa dapat lebih berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi yang telah mereka peroleh.
Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan menjadi lebih efektif apabila guru mampu menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Bahan ajar yang dimaksud dapat berupa buku teks, CD pembelajaran, maupun media elektronik yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi. Penggunaan bahan ajar diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas dan kelancaran dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu bahan ajar cetak yang sampai saat ini masih banyak digunakan oleh guru. Penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar dapat memberikan peluang yang lebih besar kepada siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Selain itu, dapat memberikan kesempatan penuh kepada siswa untuk mengungkapkan kemampuan dan keterampilan untuk berbuat sendiri dalam mengembangkan proses berpikirnya.
LKS umumnya yang digunakan oleh siswa khususnya bidang matematika kurang menarik minat siswa, karena dalam LKS tersebut langsung diberikan rumus-rumus tentang materi yang diberikan sehingga siswa hanya langsung menggunakan rumus-rumus yang dicantumkan. Selain itu, tampilan LKS  kurang menarik karena hanya ada ringkasan materi dan latihan soal-soal saja, sehingga siswa malas untuk mempelajari LKS.
Menurut Suyitno (1997:40) LKS merupakan sarana untuk membantu siswa dalam menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. Namun kebanyakan LKS yang ada saat ini masih belum mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri tentang suatu konsep dalam matematika karena hanya berisi soal-soal rutin saja dan mengajak siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Wijayanti (2008:5) berdasarkan hasil survey dilapangan LKS yang telah dimiliki siswa selama ini hanya berisikan rumus-rumus dan soal-soal yang merupakan penerapan dari rumus tersebut. Sehingga banyak siswa yang masih kesulitan jika menghadapi soal-soal yang sedikit beda atau tidak rutin.
Menurut Suharyanto (2008:3-4) bedasarkan pengamatan yang dilakukan disekolah-sekolah diperoleh bahwa sebagian besar siswa mengalami kesuliatan dalam memahami konsep matematika. Siswa mungkin saja dapat menghafal dan mengingat rumus-rumus yang ada dalam matematika, tetapi jika siswa diberikan masalah-masalah yang agak rumit, sedikit berbeda dengan contoh yang diajarkan, atau masalah yang tidak rutin, maka siswa akan kesulitan dalam menggunakan rumus-rumus tersebut dan bingung menyelesaikannya. Selain itu, masih ada beberapa guru matematika yang menggunakan metode pembelajaran dengan monoton dan tidak variatif, sehingga siswa kurang termotifasi dalam belajar matematika.
Segitiga merupakan  mata pelajaran untuk siswa kelas vii yang memuat materi pengertian segitiga, jenis-jenis segitiga, jumlah sudut-sudut segitiga, segitiga istimewa, sifat-sifat segitiga, keliling dan luas segitiga. Pada pengembangan ini, penulis tertarik untuk mengembangkan suatu lembar kerja siswa dengan pokok bahasan segitiga. Materi yang akan dikembangkan dalam LKS terbatas pada keliling dan luas segitiga. Dengan demikian judul yang dipilih dalam pengembangan ini adalah “ pengembangan lembar kerja siswa beracuan pendekatan penemuan terbimbing pada materi segitiga untuk siswa kelas vii sekolah menengah pertama”.
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan dalam pengembangan ini adalah “bagaimanakah kelayakan hasil pengembangan lembar kerja siswa beracuan pendekatan penemuan terbimbing pada materi segitiga dikelas VII semester 2?”
D.    Tujuan Pengembangan
Sesuai dengan pertanyaan pengembangan tersebut, maka tujuan pengembangan ini adalah untuk mengetahui kelayakan Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan penemuan terbimbing pada meteri segitiga dikelas VII semester 2?”
E.     Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
1.         Lembar Kerja Siswa memuat kegiatan dan latihan yang mengarahkan siswa untuk menemukan, mencari, atau membuktikan konsep tentang segitiga.
2.         Lembar Kerja Siswa menekankan pada penalaran dan pemahaman.
3.         Lembar Kerja Siswa memuat keterkaitan antar topik yang telah dipelajari ataupun materi yang belum dipelajari.
F.     Manfaat Pengembangan
1.      Bagi siswa dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar dan melatih siswa untuk menyelesaikan soal-soal non rutin.
2.      Bagi guru lembar kerja siswa yang dikembangkan diharapkan dapat membantu guru dalam pembelajaran matematika dikelas untuk menarik minat belajar siswa.
3.      Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk penulisan karya ilmiah tentang pengembangan lembar kerja siswa.


G.    Keterbatasan Pengembangan.
1.      Pengembangan ini dibatasi pada pembuatan LKS dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing.
2.      Materi yang dikaji adalah pokok bahasan keliling dan luas segitiga pada kelas VII semester 2.
H.    Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran terhadap maksud dari pengembangan ini, maka pengembang mendefinisikan beberapa istilah yaitu:
1.      Lembar kerja siswa adalah alat bantu pembelajaran atau alat peraga pembelajaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang terprogram.
2.      Pengembangan lembar kerja siswa adalah proses penyusunan lembar kerja siswa yang meliputi tahap analisis situasi awal, tahap pengembangan rancangan, tahap penyusunan produk awal, dan tahap penilaian produk.
3.      Pendekatan penemuan terbimbing diartikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari, menemukan, atau membuktikan hal yang sudah diketahui dengan bantuan terbatas bagi guru
4.      Pengembangan Lembar Kerja Siswa beracuan penemuan terbimbing adalah proses penyusunan alat bantu pembelajaran yang beracuan pada pendekatan penemuan terbimbing dengan beberapa tahapan berikut yaitu tahap analisis situasi awal, tahap pengembangan rancangan, tahap penyusunan produk awal, dan tahap penilaian produk.
I.       Kajian Pustaka
1.      Pendekatan Penemuan Terbimbing
Foster (1972:6) menyatakan bahwa dasar dari penemuan merupakan suatu aspek dasar dari kebanyakan pengalaman belajar anak usia sekolah. Dimana pengalaman terjadi secara berkelanjutan, terdapat stimulasi yang hidup, dan dorongan imajinatif dari guru. Dalam penemuan terdapat pemecahan masalah secara kreatif dan latihan menyimpulkan suatu analisis dari masalah yang ada, sehingga secara tidak langsung belajar dengan proses penemuan telah terealisasi.
Dalam metode penemuan, siswa diharapkan terlibat aktif didalam proses belajarnya. Secara ekstrim siswa benar-benar sebagai seorang penemu yang aktif menemukan pengetahuan baru berdasarkan pandangannya sendiri, sedangkan guru hanya bertindak sebagai pengawas, bahkan tidak membimbing sama sekali. Fungsi guru bukan untuk menyelesaikan masalah bagi siswa-siswanya, melainkan siswa-siswanya mampu menyelesaikan sendiri masalah untuk dirinya. Namun metode penemuan yang ekstrim demikian kemungkinan besar sulit dilaksanakan, yaitu guru hanya sebagai pengawas yang pasif sedangkan siswanya belajar dengan cara sendirinya.
Metode penemuan yang mungkin bisa dilakukan adalah metode penemuan terbimbing. Dengan demikian pelajaran menjadi suatu proses yang melibatkan secara optimal siswa-siswa untuk berpartisipasi didalam proses belajar. Diharapkan jika siswa terlibat aktif didalam menemukan suatu prinsip dasar sendiri, ia akan memahami konsep lebih baik, lebih ingat dalam jangka waktu yang lama, dan akan mampu menggunakannya  ke dalam konteks yang lain. Selain itu, diharapkan siswa akan bersemangat untuk mempelajari matematika sehingga membawa siswa ingin mengetahui lebih lanjut hubungan-hubungan yang lain.
Dalam penemuan terbimbing, seringkali peranan guru diungkapkan dalam lembar kerja penemuan terbimbing. Lembar kerja ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa agar dapat menemukan konsep atau prinsip yang dipelajari (berupa rumus atau sifat). Penyusunan lembar kerja ini biasanya diawali oleh guru dengan menyiapkan secara lengkap tahap demi tahap dalam menjelaskan suatu prinsip atau rumusan. Penjelasan ini kemudian dituangkan dalam suatu tulisan lengkap kemudian dipikirkan. Bimbingan yang diberikan oleh guru dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk menemukan sendiri suatu konsep.
Menurut Markaban (2006:16) tahapan dalam penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :
1.      Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa
Dalam pengembangan ini materi yang dipilih adalah meteri segitiga yaitu menghitung keliling dan luas segitiga yang diajarkan dikelas VII semester 2.
2.      Siswa menganalisa dan memproses masalah yang diberikan.
Siswa menganalisa dan memproses masalah mengenai materi segitiga. Masalah yang diberikan yaitu berupa soal-soal dalam LKS tentang materi segitiga yaitu menghitung keliling dan luas segitiga yang diajarkan dikelas VII semester 2. Guru dapat memberikan bimbingan seperlunya untuk mengarahkan siswa apabila siswa ada yang mengalami kesuliatan.
3.      Siswa menyusun konjektur (perkiraan) dari hasil analisis yang dilakukan
Dari hasil kerja yang telah dilakukan siswa, diharapkan siswa mampu menyusun konjektur. Dalam hal ini, konjektur yang dimaksud mengenai materi segitiga yaitu menghitung keliling dan luas segitiga yang diajarkan dikelas VII semester 2.
4.      Siswa diberi soal tambahan
Soal tambahan yang dimaksud adalah soal cerita untuk memeriksa apakah kojektur siswa benar dan siswa paham mengenai segitiga yaitu menghitung keliling dan luas segitiga yang diajarkan dikelas VII semester 2.
Menurut Markaban (2006:16-17) pendekatan penemuan terbimbing memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari pendekatan penemuan terbimning yaitu:
1)        Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
2)        Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiri (mencari-menemukan)
3)        Mendukung kemampuan problem solving siswa
4)        Materi yang dipelajari siswa dapat lebih dimengerti oleh siswa.
Adapun kekurangan dari pendekatan penemuan terbimbing yaitu :
1)        Untuk materi tertentu, waktu yang digunakan lebih lama.
2)        Untuk siswa yang kurang aktif, akan sulit mengikuti dalam proses pembelajaran.
2.      Lembar kerja siswa
Menurut staton (1978:166-171) alat pelajaran (bahan ajar) adalah alat atau benda yang dipergunakan secara langsung oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Suatu bahan ajar harus dapat memenuhi hal-hal berikut ini :
·         Meningkatkan pengertian atas pokok pelajaran.
·         Mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
·         Menimbulkan minat terhadap suatu mata pelajaran tertentu.
·         Meningkatkan semangat belajar pada peserta didik.
·         Menjelaskan tujuan pada peserta didik.
Bahan ajar juga memiliki karakteristik tersendiri yaitu self-intructional (membelajarkan) dan self-contained (utuh, lengkap). self-intructional yaitu menyajikan berbagai pengalaman belajar yang dapat mendorong dan membantu siswa untuk berinteraksi dan belajar secara mandiri, sedangkan self-contained yaitu seluruh subtansi yang diperlukan dalam belajar tersedia dalam bahan ajar.
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembar kerja bagi siswa yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Trianto (2007a:73) LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Pengaturan awal (advance organizer) dari pengetahuan dan pemahaman siswa terdapat pada setiap kegiatan sehingga situasi balajar menjadi lebih bermakna dan dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Menurut Wijayanti (2008:13-14) LKS memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihan LKS antara lain :
·         Siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar karena siswa dapat mengembangkan, melatih keterampilan, dan memproses sendiri hasil belajarnya.
·         Dapat meningkatkan pemahaman materi bagi siswa, karena konsep dan kesimpulan pembelajaran dikerjakan oleh siswa sendiri.
·         Memudahkan guru dalam proses belajar mengajar, karena tidak terlalu banyak menjelaskan meteri.
·         Membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam proses belajar mengajar.
·         Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Kekurangan LKS:
·         Bagi siswa yang malas akan terasa membosankan.
·         Bagi siswa yang malas akan mencontoh jawaban dari temannya.
·         Bagi siswa yang memiliki kemammpuan yang rendah akan mengalami kesulitan dan tertinggal dari temannya.

Tujuan penggunaan LKS dalam proses balajar mengajar adalah sebagai berikut.
a)      Memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik
b)      Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap meteri yang telah disajikan
c)      Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan. (Sukmaningrum, 2006:22)
Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan pengguaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
a)      Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran
b)      Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep
c)      Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses
d)     Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran
e)      Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar
f)       Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan balajar secara sistematis. (Suyitno, 1997:40)
3.      Tinjauan Tentang Segitiga
1)      Pengertian segitiga
Perhatikan gambar

C
B
A
 









Sisi-sisi yang membentuk segitiga ABC adalah AB, AC, dan BC.
Sudut-sudut yang terdapat pada segitiga ABC adalah
a)     
b)     
c)     
Jadi, ada tiga sudut yang terdapat pada segitiga ABC
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah titik sudut.
2)      Keliling dan luas segitiga
a.       Keliling segitiga
Keliling suatu bangun datar merupakan jumlah dari panjang sisi-sisi yang membatasinya, sehingga untuk menghitung keliling dari sebuah segitiga dapat ditentukan dengan menjumlahkan panjang dari setiap sisi segitiga tersebut.

C
c
b

B
A
a
 

Jadi, keliling segitiga ABC adalah a + b + c
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Suatu segitiga dengan panjang sisi a, b, dan c , kelilingnya adalah
C
 
b.     
F
D
B
A
E
Luas segitiga
Perhatikan gambar berikut



 

Secara umum luas segitiga dengan panjang alas a dan tinggi t adalah

4.      Pengembangan bahan ajar
Mbulu dan Suhartono (2004:87) mengatakan bahwa bahan ajar merupakan isi pembelajaran yang termuat di dalam buku yang ditulis oleh pengajar atau penulis lain untuk kepentingan pembelajaran. Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar yang dirancang dan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang baik akan dapat membantu siswa dalam proses belajarnya, membantu guru untuk mengurangi waktu penyajian materi dan memperbanyak waktu pembimbingan guru bagi siswa, membantu sekolah dalam menyelesaikan kurikulum dan mencapai tujuan pembelajaran dengan waktu yang tersedia.
Menurut Mbulu dan Suhartono (2004:89-90), ada empat tahap yang harus dilalui untuk mengembangkan bahan ajar. Keempat tahap tersebut adalah :
1)         Tahap Analisis Situasi Awal
Analisis situasi awal dilakukan dengan mengkaji KTSP 2006 dengan memperhatikan materi prasyarat yang harus dikuasai siswa pada materi tersebut. Hasil pengkajian ini akan digunakan sebagai pedoman pengembangan bahan ajar.
2)         Tahap Pengembangan Rancangan
Suatu materi terdiri dari beberapa kompetensi dasar. Pada saat pengembangan bahan ajar perlu dipilih kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa menggunakan bahan ajar tersebut. Penentuan kompetensi dasar menjadi dasar untuk menentukan indikator-indikator untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3)         Tahap Penyusunan Produk Awal
Pada tahap penyusunan ada beberapa langkah yang harus dilakukan, antara lain menentukan materi, merumuskan butir-butir materi, penyusunan aktifitas penemuan, penyusunan soal, penyusunan kelengkapan bahan ajar, dan penyusunan soal evaluasi. Langkah-langkah tersebut digunakan dengan tujuan bahan ajar yang dibuat akan lebih sistematis dan rapi.
4)         Tahap Penilaian Produk
Penilaian bahan ajar dilakukan oleh dosen dan guru matematika serta jika memungkinkan oleh siswa. Penilaian digunakan untuk mengetahui apakah bahan ajar yang telah dikembangkan layak atau tidak untuk dipakai dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

J.      Metode Pengembangan
1.      Model pengembangan
Merujuk pada pengembangan bahan ajar menurut mbulu dan suhartono (2004:89-90), maka langkah-langkah dalam pengembangan Lembar Kerja Siswa ada 4 tahap, yaitu:
1)      Tahap analisis situasi awal
Analisis situasi awal bertujuan untuk mengenali pokok bahasan yang dikembangkan serta kemampuan awal yang harus dimiliki siswa.
2)      Tahap pengembangan rancangan Lembar Kerja Siswa
Menentukan kompetensi dasar yang sesuai dalam pengembangan Lembar Kerja Siswa dan kegiatan apa saja yang termuat dalam Lembar Kerja Siswa.
3)      Tahap penyusunan produk awal Lembar Kerja Siswa
Menentukan materi dalam Lembar Kerja Siswa berdasarkan kompetensi dasar yang telah diambil dan menyusun isi serta kelengkapan Lembar Kerja Siswa.
4)      Tahap penilaian Lembar Kerja Siswa
Menilai kelayakan Lembar Kerja Siswa yang telah dikembangkan pada beberapa ahli matematika kemudian diujicobakan pada siswa.
2.      Prosedur pengembangan LKS
Prosedur dalam pengembangan lembar kerja siswa ini mengacu pada model pengembangan menurut mbulu dan suhartono, dengan langkah-langkah sebagai berikut:























Pengembangan rancangan LKS
-        Menentukan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa
-        Menentukan indikator dan tujuan
-        Pengembangan isi LKS
Penyusunan LKS
-        Menentukan materi
-        Merumuskan butir-butir materi
-        Penyusunan aktifitas penemuan
-        Penyusunan soal
-        Penyusunan kelengkapan LKS
Analisis Situasi Awal
Kajian Kurikulum


validasi
revisi
ya
Produk LKS
 


























1)      Tahap analisis situasi awal
Langkah yang ditempuh pada tahap awal ini adalah kajian kurikulum yang dalam hal ini adalah kurikulum 2006. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengenali materi segitiga yaitu menghitung keliling dan luas segitiga yang diajarkan dikelas VII semester 2, serta beberapa kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Tujuan yang lain adalah agar pengembang dapat membuat jalinan antar topik atau antar pokok bahasan. Untuk materi segitiga yaitu menghitung keliling dan luas segitiga yang diajarkan dikelas VII semester 2 dengan kompetensi dasar yaitu menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
2)      Tahap pengembangan rancangan Lembar Kerja Siswa
Ada tiga langkah pada tahap ini yaitu :
a.       Pemilihan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa
Pemilihan kompetensi dasar ini dilakukan sebagai pedoman dalam menentukan isi Lembar Kerja Siswa serta pengembangan kegiatan belajar.
b.      Menentukan indikator dan tujuan dalam Lembar Kerja Siswa
Indikator yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa yaitu: menuliskan pengertian segitiga dengan kalimatnya sendiri, menemukan rumus keliling dan luas segitiga, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas segitiga.
Adapun tujuan pembelajaran dalam Lembar Kerja Siswa berdasarkan indikator yang telah dibuat yaitu: siswa mampu menuliskan pengertian segitiga dengan kalimatnya sendiri, menemukan rumus keliling dan luas segitiga, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas segitiga.
c.       Pengembangan isi Lembar Kerja Siswa
Isi pembelajaran ini disusun sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Susunan aktifitas dimulai dengan menyajikan masalah pada siswa. Berdasarkan masalah yang disajikan, siswa diberi pertanyaan atau soal yang menuntut siswa untuk menemukan konsep segitiga. Isi Lembar Kerja Siswa dibagi menjadi :
a)      Pendahuluan
Berisi contoh kegunaan konsep segitiga dalam kehidupan sehari-hari.
b)      Kegiatan penemuan
Berisi kegiatan yang menuntut siswa untuk menemukan sendiri rumus keliling dan luas segitiga.
c)      Cek pemahaman
Berisi permasalahan untuk merefleksi pengetahuan siswa dari kegiatan penemuan.
3)      Tahap penyusunan produk awal Lembar Kerja Siswa
Beberapa langkah dalam penyusunan produk awal Lembar Kerja Siswa ini adalah :
a.       Menentukan materi
Materi dalam Lembar Kerja Siswa ini adalah keliling dan luas segitiga. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan materi tersebut menjadi salah satu bahan kajian untuk kelas VII semester 2.
b.      Merumuskan butir-butir materi
Butir-butir materi yang menjadi bahan kajian Lembar Kerja Siswa ini disajikan dalam 2 bagian, yaitu:
a)      Lembar kerja siswa 1 : menuliskan pengertian segitiga dengan kalimatnya sendiri, menemukan rumus luas segitiga, dan menyelesaikzn masalah yang berkaitan dengan luas segitiga.
b)      Lembar kerja siswa 2 : menuliskan pengertian segitiga dengan kalimatnya sendiri, menemukan keliling segitiga dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling segitiga
c.       Penyusunan aktifitas penemuan
Aktifitas penemuan yang dimaksud yaitu siswa diberikan kegiatan-kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, mencari, atau membuktikan keliling dan luas segitiga. kegiatan tersebut berupa latihan soal yang mengarahkan siswa pada konsep tentang segitiga.
d.      Penyusunan soal
Soal yang ada dalam Lembar Kerja Siswa ini mengarahkan siswa untuk menemukan konsep tentang materi segitiga. Selain itu diberikan soal cek pemahaman untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari yaitu menghitung keliling dan luas segitiga.
e.       Tahap penyusunan kelengkapan Lembar Kerja Siswa
Kelengkapan Lembar Kerja Siswa yang dimaksud meliputi membuat judul, petunjuk pengerjaan Lembar Kerja Siswa, daftar isi, informasi pendukung, dan kesimpulan.
4)      Penilaian Lembar Kerja Siswa
Terdapat dua penilaian terhadap Lembar Kerja Siswa yang telah disusun yaitu validasi ahli dan validasi empiris. Validasi ahli diberikan kepada 3 validator, yaitu 1 dosen jurusan matematika dengan kriteria berpendidikan minimal S2 dan 2 guru matematika SMP dengan kriteria berpendidikan minimal S1 serta berpengalaman mengajar minimal 5 tahun. Jika hasil penilaian yang diberiakan oleh ketiga validator adalah valid, dapat dilanjutkan pada validasi empiris yaitu ujicoba Lembar Kerja Siswa terhadap siswa. Namun, apabila hasil penilaian validator belum valid maka Lembar Kerja Siswa harus direvisi terlebih dahulu kemudian dilakukan validasi empiris. Tahap penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah Lembar Kerja Siswa yang telah dikembangkan layak atau tidak untuk dipakai dalam kegiatan pembelajaran disekolah.
3.      Uji coba produk
1)      Desain uji coba
Setelah melalui proses validasi ahli maka berikutnya produk akan diujicobakan pada siswa untuk mengetahui apakah LKS bisa dimengerti dan dikerjakan oleh siswa atau tidak.








Validasi Ahli :
Validator : 1 dosen matematika dan 2 guru matematika SMP
Instrumen : lembar validasi dan draf LKS
Validasi empiris :
Validator : 9 siswa SMP kelas VII
Instrumen :  lembar evaluasi dan draf LKS

Revisi
Revisi
LKS hasil pengembangan
ya
ya
tidak
tidak
Apakah rancangannya valid?
Apakah rancangannya memenuhi validitas empiris?
Apakah perlu validasi empiris?
Apakah perlu validasi?
tidak
tidak
ya
ya
Draf awal bahan ajar (LKS)
tidak
 





























2)      Subjek uji coba
Siswa yang menjadi subjek uji coba merupakan siswa yang belum atau sedang menempuh materi segitiga kelas VII semester 2. sembilan siswa yang menjadi subjek uji coba terdiri dari:
·         3 siswa berkemampuan tinggi
·         3 siswa berkemampuan sedang
·         3 siswa berkemampuan rendah
3)      Jenis data
Jenis data dalam pengembangan LKS ini adalah data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penilaian lembar validasi dan hasil evaluasi siswa uji coba sesuai dengan criteria penilaian yang diberikan. Data kualitatif berupa saran dan komentar dari validator.
4)      Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam validasi pada pengembangan ini adalah berupa lembar validasi dan lembar evaluasi. Lembar validasi ini diberikan kepada para validator ahli yaitu satu dosen jurusan matematika dan dua guru SMP. Lembar validasi berisi beberapa penilaian tentang sistematika dan isi LKS. Lembar validasi juga memuat komentar dan saran yang nantinya akan digunakan sebagai bahan revisi selanjutnya. Sedangkan lembar evaluasi diberikan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah ditentukan dalam LKS. Batasan siswa dianggap menguasai materi didalam LKS adalah sesuai dengan standar ketuntasan minimal (SKM) yang ditentukan yaitu 70,00. Namun, apabila nilai siswa kurang dari SKM maka siswa diharapkan mempelajari kembali LKS tersebut.

5)      Teknik analisis data
Data hasi validasi ahli dilakukan dengan prosedur analisis sebagai berikut :
                                                                                                
Keterangan :
                        : menyatakan persentase penilaian
   :menyatakan jumlah skor dari penilaian validator

     : menyatakan jumlah skor tertinggi

 (diadaptasi dari Arikunto, 1997)
           
Sebagai dasar pengambilan keputusan dari hasil prosentase penilaian subyek ahli terhadap LKS untuk merevisi LKS digunakan kriteria kualifikasi penilaian sebagai analisis validasi bahan ajar seperti pada tabel berikut.

Tabel kriteria kualifikasi penilaian validator
Persentase (dalam persen)
Tingkat kevalidan
Keterangan
80-100
Valid
Tidak revisi
60-70
Cukup valid
Tidak revisi
40-59
Kurang valid
Revisi sebagian
0-39
Tidak valid
Revisi total

Sumber : diadaptasi dari purwanto (2005:70)












K.    Daftar Pustaka
Foster, John. 1972. Discovery Learning in the Primary School. Great Britain: Northumberland Press Ltd.
Markaban. 2006. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing, (Online), (http://PPP_Penemuan_Terbimbing.pdf, diakses 28 September 2009).
Mbulu, Joseph dan Suhartono. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Malang: Elang Mas.
Purwanto, Edy.2005. Evaluasi Proses dan Hasil dalam Pembelajaran. Malang: UM Press.
Staton, T.F.1978. Cara Mengajar dengan Hasil yang Baik. Terjemahan oleh Prof. J.F. Tahalek M.A. Bandung: CV Diponegoro.
Suharyanto. 2008. Penerapan Pembelajaran Logika Matematika Dengan Metode Silih Tanya Antar Siswa Berbantuan Kartu Model Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Negeri 6 Malang. Skripsi tidak  diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sukmaningrum, Hasti.2008. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Media Komik dengan Pendekatan Realistik pada Materi Keliling dan Luas Persegi Panjang Kelas VII SMP. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang
Suyitno,http://209.85.175.104/search?=cache:8twfMc3UC2sJ:ahliswiwite.files. wordpress.com/2007/11/isi-lks-berbasis-web.doc+lembar+kerja+siswa&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id, diakses 7 Desember 2009.
Trianto. 2007a.Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wijayanti, Lusi Diah. 2008. Pengembangan Lembar Kerja Siswa dengan Pendekatan Problem Solving pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus VII SMP. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Arikunto, S. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar